Ah, minggu yang cerah untuk plesiran, mengingat kebijakan cuti bersama (sangat bijak sekali dalam hal ini)…betapa menyenangkannya berlibur. Yah, tapi saya tidak akan bercerita tentang long weekend ini mengingat pemerintah domestik keluarga bapak Jk telah mengeluarkan travel warning bagi anak sulungnya ini. Tentunya imbas travel warning untuk 1 orang manusia di muka bumi tidak akan begitu mempengaruhi pendapatan suatu negara hingga harus terjadi perundingan bilateral bukan? (tolong jgn dijawab, bukan).
Batal dengan liburan plan A, ganti plan B, pun B gagal ganti dengan 24 alfabet sisanya! oh betapa bijaknya saya (Apa saya terlihat depresi? Oh tenang, saya baik2 saja…percaya deh..beneran!). At last, saya pun berakhir dengan plan Z: memutar otak memahami komik TinTin et Les Picaros, dan betapa lugunya saya mengambil komik ini dari rak Perpus LIP tanpa mengambil versi Indonesianya (tolong jgn bilang bhs Prancis saya sudah super, itu fitnah besar dan tak termaafkan). Sudah memutar otak hingga 90 drajat dan klipatannya, tetep saja saya ga ngeh si TinTin ini ngapain si sebenernya, yah berakhirlah saya bolak balik halaman komik cukup menikmati gambar berwarna saja (jadi seperti ini rasanya anak TK ya–lebih menghayati dari waktu umur 5 thn dulu…).
Putus asa, sayapun beralih ke novel cumi—IF ONLY IT WERE TRUE… Novel inilah yang membuat saya lebih “hidup” di akhir pekan saya nan suram lagi sendu dan syahdu *wow*. Satu hal yg saya suka sekali dari novel ini–Teori DETIK. dan ditengah “hidup”nya weekend saya krn buku ini, saya ingin membagi secuplik dari buku itu pada anda skalian pembaca budiman *errr, sdikit tercengang dengan diksi saya*
Lauren meminta Arthur membayangkan menang lomba dengan hadiah: setiap pagi sebuah bank memasukkan uang sejumlah 86.400 dolar ke dalam rekeningnya. Aturannya: ia harus membelanjakan semuanya hari itu juga, sisa uang yang tak digunakan hari itu akan hangus pun ia jg tidak boleh mentransfer uang itu; dan pemberian atau permainan itu dapat berhenti setiap saat. Dan pertanyaanya adalah: apa yang akan kaulakukan dengan pemberian itu?
Arthur menjawab: akan membelanjakan setiap dolar untuk menyenangkan diri dan memberikan hadiah pada orang2 yang dicintainya bahkan orang2 yang tak dikenalnya karena rasanya ia tak dapat membelanjakan 86.400 dolar sehari hanya untuknya dan orang2 dekatnya. Arthur lalu bertanya pada Lauren, apa maksudnya.
Lauren menjawab: Kita semua memiliki rekening bank ajaib, yaitu waktu! Rekening yang berlimpah dengan detik-detik mengalir satu per satu. Setiap pagi ketika bangun, kita diberi 86.400 detik kehidupan sehari, dan ketika kita tidur pada malam hari, tak ada yang dapat dipindahkan keesokan harinya. Yang tidak dinikmati hari itu akan hilang–kemarin pun sudah berlalu. Setiap pagi keajaiban itu berulang, kita kembali diberi 86.400 detik kehidupan dan kita bermain dengan aturan main yang tak dapat dihindari, yaitu bank dapat menutup rekening kapan saja, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Setiap saat, kehidupan dapat berhenti.
jadi, apa yang kita lakukan dengan 86.400 detik setiap hari?
kalau kau inign tahu apa arti satu tahun kehidupan, bertanyalah pada seorang mahasiswa yang baru saja gagal ujian akhir. satu bulan kehidupan; bertanyalah pada seorang ibu yang baru melahirkan bayi prematur dan sedang menanti bayinya keluar dari inkubator untuk dapat memeluknya, sehat dan selamat. satu minggu kehidupan: bertanyalah pada seorang pria yg bkerja di pabrik untuk menghidupi keluarganya. Satu hari kehidupan: bertanyalah pada spasang kekasih yag tak sabar ingin bertemu. Satu jam kehidupan: bertanyalah pada seorang penderita klaustrofobia yg terjebak di lift macet.
Satu detik: lihatlah raut muka seorang yang nyaris mengalami kcelakaan mobil. Seperseribu detik: bertanyalah pada atlet yg baru saja memenangkan medali perak Olimpiade, bukan medali emas yg didambakannya sepanjang hidup yg dihabiskannya dg berlatih.
Kehidupan ini ajaib, Arthur….
Lauren adalah roh wanita yg sedang koma di sebuah RS, dan entah kenapa ia hanya dapat berkomunikasi dengan Arthur. Melalui keadaan trans-nya inilah, Lauren memahami berharganya tiap detik dalam hidupnya…
Karena kita tidak tahu kapan rekening kita akan ditutup—-karena tiap detik begitu berharga…maka…. (silakan diisi sendiri sebijak anda –tolong jgn diisi : nunggu koma dulu baru bisa bijak)
And well ya…ternyata menghabiskan brapa ratus ribu detik untuk novel ini di weekend saya was not a bad thing at all ..:)
*Sumber: If Only It were true–Marc Levy
Sebuah catatan lama di weekend Juni 2011 :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar