Kisah ini saya ambil dari catatan di status jejaring sosial temen saya yang belum lama ini mengalami ’sidang di tempat’. Semoga bermanfaat 
Hah.. untuk pertama kalinya saya harus “bermasalah” dengan yang namanya polisi, terutama masalah tilang menilang.. selama ini saya cukup tertib mengikuti APILL.. Bahkan di lampu merah kecil yang jalan lurus ada petunjuk ikuti lampu pun, saya ikuti, sampai-sampai pernah ada kendaraan di belakang saya meng-klakson dan memaksa saya untuk “jalan terus”.. dan saya tanggapi dengan santai.. lampu nya masih merah pak.. mungkin bapak itu gregetan dan mengumpat dalam hati “sok tertib ni orang”… haha…
Sepertinya pagi ini takdir berkata lain.. saat saya mau ngantor.. ada perempatan kecil di dekat rumah, tepatnya perempatan wahidin, beberapa bulan yang lalu ada APILL baru yang menunjukkan bahwa belok kiri ikuti lampu (saya dari arah timur)… mungkin karena ini perempatan lampu merah kecil atau terbawa kebiasaan sebelumnya, kebanyakan orang masih jalan terus ketika akan belok kiri.. dan selama ini polisi yang stand by tidak pernah menilang… dan saya termasuk yang tertib…
Pagi ini, lampu memang menyala merah.. saya sempat menunggu sebentar supaya lampu menyala hijau, agak maju dikit, dan melihat arah berlawanan (utara) sudah sepi, mungkin beberapa detik lagi hijau… karena saya rasa sudah sepi dari kendaraan dan aman untuk belok kiri, entah kenapa saya ingin langsung belok kiri, memang lampu APILL belum hijau.. polisi yang jaga juga tidak me-nyemprit… apesnya, dari arah berlawanan ada seorang polisi di atas motornya.. saat itu juga saya batin, “duh…kena ni”.. ternyata benar.. pak polisi yang tadinya berjalan ke arah utara tersebut, akhirnya berbalik arah ke selatan dan mengikuti saya, serta menghentikkan laju saya… yang terpikir saat itu, “duh males banget berurusan ma polisi”.. akhirnya saya diajak ke “kantor”.. saya beri tanda kutip pada kata kantor karena bukan dibawa ke pos polisi perempatan ringroad jombor yang besar, tetapi dibawa ke pos jalan masuk terminal jombor, itupun di rumah-rumahan kecil belakang pos polisi.. saya dah merasa aneh.. ga formal banget tempatnya…
Kemudian saya diceramahi, telah melanggar UU no sekian bla bla… (termasuk saya baru tahu kepanjangan APILL-Aturan Petunjuk Instruksi Lalu Lintas)… dengan sabar saya dengarkan.. walau jam semakin berputar, artinya saya ke kantor semakin siang.. dan endingnya, beliau menawarkan apakah akan ikut sidang, atau bayar sendiri di BRI dan STNK disita.. saat itu, saya bertanya kalau sidang bagaimana?.. Beliau menajwab, ke PN Sleman jumat jam 9 sampai jam 12.. jadi nanti saya diberi surat tilang.. Kalau dibayar di BRI bagaimana?.. Beliau menjawab, berdasarkan UU yang baru, biaya tilang 50rb, dibayarkan, kemudian surat bisa diambil di PN Sleman.. dan endingnya saya tanya, selain itu bagaimana?.. Beliau menjawab, bisa nanti saya sebagai perantara pelaksana tugas, jadi membayar pada saya, nanti saya proseskan dan mbak resti bisa mengambil STNK dan SIM nya sekarang juga.. Sampai pagi itu, saya termasuk dalam golongan masyarakat yang masih terkena stigma “meragukan uang tilang sampai ke negara”… itulah kenapa saya ingin mengikuti sidang dan merasakan langsung bagaimana sidang serta melihat sistem yang ada dalam mengatasi masalah ini.. yang terbesit, “wah kesempatan nih lihat sistem di kepolisian”… tapi kemudian saya teringat kerjaan kantor dan deadline proyek serta paper, rasanya saya ga sanggup untuk mengikuti sidang tersebut.. akhirnya saya tanyakan.. “Pak kok boleh ga ikut sidang?.. Pak kok bisa dibayarkan langsung?”… beliau menjelaskan bla bla bla.. yang saya ga tau kebenarannya.. akhirnya, saya memutuskan untuk membayar di tempat.. Saat itu, saya sempat meminta surat tilang sebagai bukti untuk saya, tetapi kata beliau tidak bisa karena barang bukti saya sudah diambil.. kemudian saya minta izin untuk melihat laporan tilangnya dan menanyakan nama polisi muda itu… saat itu, polisi muda tersebut tampak “tidak nyaman” dengan pertanyaan-pertanyaan dan tingkah saya… dan dengan terpaksa akhirnya saya memutuskan untuk membayar di tempat.. dan saya akhiri dengan berkata “Baik pak, saya percaya dengan bapak, saya mengapresiasi bapak yang sudah menjalankan pekerjaan bapak, dan saya titipkan uang tilang ini untuk negara, setelah ini Allah sebagai saksinya…”
“Setelah ini Alloh sebagai saksinya”.. penekanan ini ingin saya sampaikan, minimal untuk meyakinkan diri saya sendiri, bahwa uang ini akan sampai ke negara… satu hal yang saya takutkan, saya memberi kesempatan pada orang untuk KKN.. terutama pertanggungjawaban di akherat kelak…
Setelah saya selesai proses dengan polisi muda tersebut, saya melanjutkan perjalanan menuju UGM.. saya harus berjalan beberapa meter ke timur dulu baru sampai di jalan magelang, berhubung itu jalan satu arah ke barat, maka saya bertanya pada polisi muda tsb sekalian ingin melihat bagaimana ia menegakkan aturan.. pak ini boleh ke timur?.. iya ga papa jawabnya… reflek saya menimpali, loh pak, bukannya ini jalan satu arah ke barat??? jawab bapak itu, lewat pinggir mbak, mari saya seberangkan.. #gubrag#… melegalkan sebuah pelanggaran APILL… mungkin bapaknya berpikir, ga papa la wong cuma deket.. seperti pikiran saya saat belok lampu merah tadi, ga papa la wong dah sepi dan bbrp detik lagi hijau apalagi lampu merah kecil.. cuma bedanya…yg pertama pelanggaran saya ditilang, yang kedua pelanggaran saya diperintah… “____”
10 menit sisa perjalanan ke UGM, pikiran saya berjalan lebih cepat daripada laju motor saya.. menerawang dan berfantasi tentang banyak hal….. hati kecil saya masih penasaran, apakah yang tadi saya alami sudah sesuai protap ya? apakah membayar tilang di tempat itu ada protapnya?.. apakah uang saya sampai ke negara?? sampai saya mencoba berpikir, siapa ya temen saya yang bapaknya polisi, ingin menanyakan tentang ini… brrr… (penting ga sih?.. haha.. hanya penasaran aja.. mungkin ada yang tau ??)… selepas perempatan monjali, saya berbelok ke selatan.. pikiran saya sedikit berbeda.. disini qolbu saya yang sedikit bermain, ini melakukan kesalahan, ditilang polisi, bayar 50 rb urusan selesai, STNK saya kembali dan saya bisa melanjutkan perjalanan.. tapi, bagaimana ketika saya ditilang oleh Alloh melalui malaikat atid?.. berapa banyak surat tilang yang sudah disetorkan malaikat atid pada Alloh?.. astagfhirllah.. cukup menghentakkan saya.. suatu saat kelak saya tak bisa mengurus sidang itu sekarang supaya bersih tilang-tilang saya yang telah lewat, atau saya tak bisa menggunakan malaikat atid untuk membereskan tilang saya.. dan semua hanya akan berakhir di meja sidang Padang Masyar.. tak ada negosiasi, tak ada pembelaan… CCTV dunia akan memperlihatkan semuanya dengan jelas…
Sungguh indah caraNya mengingatkan kita.. untuk kembali tertib menunaikan hakNya.. saya sendiri merasa.. beberapa periode ini saya sudah tidak tertib lagi menjalankan hakNya seperti dulu.. seperti merasakan sebuah pergeseran kebiasaan… dan itu semua hanya karena alasan “kesibukan dunia”… astaghfirlah.. mari kita tertibkan lagi amalan-amalan utk akherat kita.. tahajud kita, dhuha kita, tilawah kita, sodaqoh kita, dan tholabul ilmi kita…yah.. mebiasakan untuk sebuah kebiasaan…
Akhirnya saya sampai di wilayah UGM.. dan melewati teknik kemudian lanjut area hutan biologi.. sampai di dekat sarjito, motor saya belokkan ke timur.. dan siap masuk fakultas kedokteran melalui pintu utara… haha.. tiba-tiba saya tersenyum simpul.. saya masih terbawa kebiasaan lama, masuk FK melalui pintu utara, padahal sudah beberapa pekan ini pindah ke pintu selatan.. lagi-lagi reflek kebiasaan karena pikiran tidak fokus berkendara tapi asyik berfantasi… kemudian saya berbalik arah dan masuk melalui pintu selatan.. akhirnya sampai di parkiran IKM.. sebelum naik ke lantai tiga.. dengan masih duduk di atas motor sambil mematikan mesin.. saya putuskan untuk mengakhiri fantasi pikiran saya… dan mengambil sbuah konklusi.. Apakah Kenikmatan Surga akan Kita Gadaikan ????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar