'The single biggest problem in communication is the illusion that has it takes place' -George Bernard Shaw
Kenapa saya kutip quote ini? Inspired by pengalaman kecil yang menggelitik saya *saking gelinya jadi nulis ini deh :p
Yang saya garis bawahi dari quote bang George ini adalah kata 'illusion'. Yep, ilusi yang menurut kamus online (haha) adalah The condition of being deceived by a false perception or belief alias kondisi terperdaya oleh persepsi yang salah.
Yep, dari perenungan saya di malam-malam sunyi *erghh* yang akhirnya melahirkan konklusi bahwa most of us, salah paham dan end up in such situation yang ga mengenakan satu sama lain karena salah persepsi ini. Contoh simple,di mall, A ngliatin si B karena si A mrasa familiar dengan wajah B (kaya temen SD-nya gitu), tp B ngrasa ni orang ngapain si liat2 gw?! Ada yang salah sama gw ya *cari kaca*
Komunikasi non verbal keduanya mnimbulkan ksalahan persepsi di diri si B terhadap diri B sendiri plus ke A juga.
Ada satu tips yang dikasi sama bang Anthony Robbins, dia bilang gini:
'To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others'
Intinya (menurut saya ya) adalah berpikir positif pada orang sekitar, toleransi dan saling pengertian, karena pada dasarnya tiap individu seperti yang dikatakan bang Anthony adalah unik dan beda dalam menyikapi dunia dan kegalauannya *eh.
Karena tidak setiap orang bisa tenang dan logis dalam menghadapi masalah sebagaimana Anda, vice versa, tidak semua orang langsung grambyangan dan heboh kalo dapat masalah seperti Anda.
Bisa jadi si X hanya ingin dihargai, tapi si Y menilainya sebagai gila hormat.
Bisa jadi si X tidak ingin merepotkan, tapi si Y menilainya semua pekerjaan diembat sendiri.
Bisa jadi si X hanya ingin pendapatnya didengar, tapi si Y menilainya ingin sok eksis.
X dan Y sama-sama tidak pernah duduk dalam satu persamaan untuk menghasilkan ekivalensi sama dengan X+Y. Bagaimana mungkin akan ada formula untuk persoalan2 lain yang muncul ke belakang nantinya? :)
kalo kita sudah toleransi, lapang dada, ngalah, tp org nya ga tau diri pengen carmuk mulu gimana dong?
BalasHapusdarimana Anda menyimpulkan bahwa dia carmuk? *serieus-benerin kacamata ala psikolog
BalasHapusbisa jadi dia emg pekerja keras, dan bukan buat carmuk, coba definisikan carmuk, dan sebutkan contoh2nya, paling ga ketemu 10contoh, baru simpulin..setelah itu ambil langkah strategis, apa langkahnya?*tunggu abis Anda buat ksimpulan ya
--->melenggangpergi<----- :D
mungkin dia memang pekerja keras, hanya saja dia salah menggunakan kelebihannya itu,
BalasHapussaya tidak akan menyebutkan contoh karena tidak perlu diungkapkan di sini, toh saya dan kawan2 saya sudah melihat dan merasakan dengan segenap jiwa dan raga sendiri...
tapi tentunya kesalahan bukan hanya pada dia sendiri, ada faktor lain jg yg turut berpengaruh #berasa curhat :P
oh senangnya, Anda menggunakan blog saya untuk curhat, mungkin saya harus mulai menulis salah satu tupoksi blog saya untuk memfasilitasi curhat *ahahah jadi inget tupoksi kantor :D
BalasHapusKalo emg udah tipenya carmuk, yoweslah...cukup bergaul yg baik sajah :D, sing sobar yoo :D
yup, org sabar pasti kesel :P
BalasHapus=.=' namanya ga sabar itu mah
BalasHapusTopiknya berat euy...muantap
BalasHapuskiro2 ro mas kun abot endi? ahahah *piss :D
BalasHapus“topiknya bagus da :D.ngomong2 soal non verbal, emang begitulah komunikasi non verbal, kemungkinan miss-persepsinya tinggi kaya yg udah km jelasin di atas. Tapi di sisi lain non verbal tu bagi sebagian orang (mungkin tepatnya “aku” sih :p) mempunya arti tersendiri yang kadang nggak bisa dijelasin, mungkin sederhananya “sesuatu’” kalo syahrini bilang. Kalo lagi nongkrong di café gitu, ada cwe cantik duduk di meja depan kita dan kebetulan arah duduknya tepat menghadap kita ,mau nggak mau curi2 pandang dong (bukan karena keterpaksaan, sebenarnya emang ada maksudnya, hehe). Ada semangat di dalam diri kita untuk mengetahui sesuatu dengan lebih sampai titik darah penghabisan *lebay* walaupun berada di situasi yang penuh dengan keterbatasan komunikasi. kita nggak tahu apa yang ada di pikiran orang itu sebagai bentuk respon atas gencatan “curian pandang” yang kita lakukan, sampe kondisi itu hilang dengan sendirinya (ceweknya pergi dari café). Dan yang bikin dramatis da, kadang2 di akhir2 timbul penyesalan, “kenapa cm sebatas komunikasi ky gini yang mampu aku lakuin”, tapi biasanya perasaan itu hilang seiring bergantinya peran2 baru yang dateng (berganti dengan orang2 baru yang bisa diamati)
BalasHapus*abaikan, tulisan nggak penting :p
manusia emg dibekali cara berkomunikasi yg luar biasa variatif :p, ada beberapa yang gagal (Romeo Juliet contoh komunikasi yg payah, sampe mereka mati ngenes haha:D), setiap tipe could work for some but might not for others , depends on variables (wew..ky skripsi wae =.=)
BalasHapusmay be someday u should learn how to communicate with those beautiful girls :D
*nonton The Big Bang Theory, sitkom amrik, mungkin km bakalan berkaca sama yang namanya tokoh Rajesh di situ, lucu bgt ^^