Jangan merasa memiliki Jika tidak pernah mengayomi
Tolong jangan bilang Anda sudah mengambil kesimpulan dari satu baris kalimat di atas. Baiklah, sepertinya memang sudah disimpulkan kalo saya bakal menuliskan kegalauan. Ya, walo ga mleset-mleset amat sih. Tapi galau saya kali ini agak beda, bisa dibilang topik kegalauannya lumayan berat *halah.
Galau saya diawali dari pemberitaan media massa akhir-akhir ini. Ya, walo kita tidak bisa serta merta menelan mentah-mentah berita yang mereka lontarkan, karena (menurut saya lho ya), media sekarang sering sekali mencampur aduk opini mereka dengan konten berita yang seharusnya disampaikan dengan netral. Biarkan pembaca yang memamah, mencerna dan mengeluarkan opini mereka –duh ko jadi pelajaran biologi gini haha.
Terus berita apa sih yang membuat saya galau? Tentunya bukan Anang-Ashanty apalagi Syahrini dengan bulu mata anti-badainya itu. Papua! Ya, beberapa hari ini ramai diperbincangkan soal kerusuhan di sana. Saya tidak akan membicarakan soal penembakan, ato menebak-nebak kira siapa penembak misterius itu apalagi buat sayembara “most wanted ever”. Toh, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana, skenario macam apa yang ada ‘beneath the surface”. Otak saya ga nyampe!
Saya hanya ingin menyampaikan isi hati saya (daripada galau terus hehe), sedih sekali rasanya melihat sodara setanah air kita yang katanya, oleh UUD’45 harusnya juga dimakmurkan, tapi entah kenapa kok saya ga lihat itu di sana ya, di tanah Papua (kesimpulan dari nonton tipi aja lho ya, saya blum pernah ke sana jg sih). Kontras sekali dengan apa yang mereka punya! Dengan sumber daya alam yang sebegitu kayanya, (kalo saya boleh agak berangan) seharusnya mereka bisa lebih kaya dari kita-kita di sini lho, atau minimal samalah. Keberadaan Freeport yang ada di sana saya ko lebih membayangkannya mirip kaya perusahaan penambang di novel Laskar Pelangi ya, ato mirip kaya Istana Terlarang kaya di Cina jaman dulu gitu ya? Kalo melihat gambar lokasi penambangan di Freeport, dari dulunya gunung, dan sekarang lebih mirip kaya danau semestinya kalo berbanding lurus dengan kemanfaatan untuk sekitarnya, pastilah pendidikan dan fasilitas publik, kebutuhan dasar lainnya terpenuhi.
Saya tidak akan mengomentari tentang pemerintahan kita seharusnya bagaimana, karna sepertinya sudah sangat banyak acara TV koar-koar, dialog, debat, komedi satire membicarakan kekurangmampuan pemerintahan mengurus rumah tangga negara kita. Tidak. Itu hanya akan menambah 1 suara yang entah bakal di dengar ato tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar